SMA Islam Al Azhar 7 Solo Baru

Kota Solo dikenal dengan ragam kulinernya yang khas beberapa diantaranya adalah makanan tradisional yang telah dikenal luas oleh masyarakat seperti serabi, timlo, soto ayam, bakmi godhog (bakmi rebus), nasi liwet, pecel solo dan masih banyak lagi. Di kota Solo banyak dapat kita temui rumah makan tradisional yang menjual makanan khas Solo, salah satunya adalah rumah makan Bakmi Pak Met.  Bakmi Pak Met ini berlokasi di Jalan Veteran no: 225, Kecamatan Serengan, Kota Solo.  Berdiri sejak tahun 2017 rumah makan berbentuk rumah joglo ini memiliki 2 lantai, dimana lantai atas dapat difungsikan sebagai ruangan serbaguna yang dapat menampung sekitar 25 orang dan lantai 1 merupakan area masak dan umum lainnya.  Pemiliknya adalah Prof. Bambang Setiaji, beliau adalah Rektor Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur yang masih berdarah Solo.  Rumah makan ini terinspirasi dari Bapak Slamet Suedi, adik dari pemilik yang juga memiliki rumah makan bakmi.  Nama tempat makan ini berasal dari nama sang adik, diambil dari kata Slamet yang dalam bahasa Jawa berarti selamat atau aman, lalu disingkat menjadi Met.

Prof. Bambang Setiaji membuka rumah makan bakmi Pak Met ini dengan tujuan dan harapan untuk membantu masyarakat sekitar mendapat pekerjaan dan sekaligus ingin menyajikan kuliner yang sehat dan tanpa pengawet.  Seperti yang disampaikan oleh anak dari pemilik yaitu Ibrahim Fatwa Wijaya, “Tujuan pertama dibukanya Bakmi Pak Met ini adalah untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan yang kedua adalah keinginan Bapak untuk menyajikan makanan yang sehat tanpa pengawet dan penyedap rasa buatan”.  Selain itu, sang pemilik juga memiliki harapan agar dapat melestarikan salah satu jenis makanan khas kota Solo yang dikenal luas yaitu bakmi godhog (bakmi rebus).

Menu yang disajikan di rumah makan ini sangat bervariasi, diantaranya seperti: Bakmi godhog, bakmi goreng, cap cay, nasi mawut, nasi goreng dan menunya yang paling khas adalah nasi goreng dengan beras Basmatee yaitu beras yang banyak disajikan di negara-negara Timur Tengah dan India. Struktur beras ini memiliki tekstur yang lebih panjang bulirnya dan juga tidak lengket.  Beras Basmatee dikenal mengandung protein yang lebih tinggi dan indeks gula yang lebih rendah dari beras putih biasa.  Bakmi Pak Met juga menyajikan masakan ayam bakar dengan bumbu khasnya, sehingga menimbulkan rasa unik yang sangat menonjol rasa rempah-rempahnya menjadi ciri khas dari citarasa masakan di rumah makan ini.

Rumah Makan Bakmi Pak Met ini mengusung tema budaya jawa  untuk menghadirkan suasana yang bergaya tradisional namun tetap memperhatikan faktor kualitas makanan yang sehat, aman, dan baik. Cara memasak yang unik juga menjadi magnet tersendiri bagi rumah makan ini.  Ide inovatif yang timbul pada masa pandemi adalah untuk memasak nasi goreng dalam jumlah yang banyak tanpa biaya besar dengan menambah jumlah koki.  Jika pada umumnya memasak nasi goreng menggunakan wajan besar dan banyak tenaga, namun di rumah makan ini menggunakan dandang yang diputar dengan sebuah mesin dengan mekanisme yang sederhana. Mesin ini akan memutar dandangnya dan koki akan memasukkan nasi beserta bumbunya, lalu mesin akan terus berputar agar panas dan bumbunya merata. Dengan adanya mesin tersebut dan jumlah koki yang terbatas, dapat menekan biaya operasional sekaligus menjadi solusi untuk membuat nasi goreng dengan jumlah yang besar. Hal ini terbukti dengan adanya mesin tersebut, Bakmi Pak Met dapat memproduksi 250 bungkus nasi goreng dalam waktu kurang lebih 3 jam.

Banyak tantangan yang dialami dan telah dilalui oleh rumah makan Bakmi Pak Met, seperti tingkat persaingannya sangat tinggi karena banyaknya tempat makan serupa dan menarik yang bisa ditemukan di Kota Solo.  Bakmi Pak Met juga harus bisa mempertahankan kualitas dan harga, menekan biaya operasional agar tidak mempengaruhi harga jualnya.  Di masa pandemi Covid-19 ini tantangan baru pun muncul, yaitu menurunnya daya beli masyarakat.  Selama Pandemi ini, pemilik mengangkat ide yang cukup unik dan inovatif.  Atas dasar tanggung jawab moral dan sosial terhadap kesulitan masyarakat yang terdampak akibat pembatasan kegiatan selama masa pandemi Covid-19, maka dibuat program sosial nasi goreng murah.  Program ini bertujuan untuk membantu meringankan beban masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokoknya, maka hadirlah program “Nasi Goreng PPKM“.  Kegiatan ini didukung oleh 4 organisasi besar di kota Solo, yaitu: Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) cabang Surakarta, Ikatan Cendikia Muslim Surakarta, dan relawan ibu – ibu dari organisasi perempuan Aisyiah.  Jika pada hari biasanya Bakmi Pak Met ini menjual nasi goreng dengan harga Rp 20.000,- per bungkusnya, maka selama masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) nasi goreng dijual hanya dengan harga Rp 1.000,- per bungkusnya.

Alasan utama dari diadakannya kegiatan seperti yang disampaikan Ibrahim adalah “Ingin menggembirakan masyarakat dengan menjual nasi goreng murah”.  Program ini ternyata disambut dengan antusias oleh masyarakat Solo, hingga akhirnya menjadi berita viral dan diliput oleh banyak media berita lokal dan nasional.  “Sangat membantu masyarakat untuk menekan pengeluaran selama masa PPKM”, ujar Ari Wibowo salah seorang pembeli nasi goreng murah yang sedang ikut mengantri.  Adanya pemberitaan tersebut juga membuat program ini menjadi inspirasi bagi beberapa usaha kuliner di Solo lainnya yang akhirnya membuat program serupa.  Menurut Ibrahim, “Program ini berhasil menumbuhkan semangat berbagi”.

Minat masyarakat yang tinggi datang tidak hanya dari kota Solo saja, tetapi mencakup masyarakat Solo Raya.  Program ini memberlakukan sistem voucher untuk menghindari kerumunan antrian dan rebutan produk nasi goreng.  Pengunjung harus mengambil voucher sebelum memesan nasi goreng, 1 voucher berlaku untuk 1 orang. Tingginya animo masyarakat membuat voucher habis dalam waktu 1 jam. Dalam 1 hari, Bakmi Pak Met bisa menghasilkan kurang lebih 250 bungkus nasi goreng.  Program dilaksanakan mulai dari tanggal 8 Agustus – 23 Agustus 2021. Meskipun program ini memiliki cakupan yang kecil, namun program ini telah berhasil membantu dan menginspirasi masyrakat lainnya untuk berbagi dan saling membantu satu sama lain.

Pemilik rumah makan Bakmi Pak Met berharap agar ke depannya program ini dapat terus diadakan secara rutin sebagai bentuk kegiatan tanggung jawab moral dan sosial kepada masyarakat Solo dan sekitarnya.  Untuk rencana jangka panjangnya, pemilik ingin agar rumah makan Bakmi Pak Met ini dapat menjual makanan murah tanpa bergantung pada bantuan dana donator.  Harapan lainnya agar rumah makan ini dapat beroperasional mulai dari pagi untuk melayani masyarakat yang membutuhkan sarapan yang murah.  Seperti yang diungkapkan oleh Ibrahim, “Bapak selaku pemilik ingin melayani masyarakat dengan menjual makanan murah”.  Kontribusi Bakmi Pak Met pada dunia perkulineran adalah untuk dapat melestarikan kuliner khas Indonesia dengan berbagai keunikannya.  Selain itu dapat membantu menyediakan makanan murah yang sehat, terutama bagi masyarakat yang kurang mampu di daerah kota Solo.  Pemilik berharap program nasi goreng murah ini dapat menjadi sumber inspirasi bagi pengusaha kuliner lainnya untuk dapat membuat program serupa dan dapat membantu lebih banyak orang lagi, serta membawa efek positif jangka panjang.  Pemilik juga berusaha untuk terus membuat program – program sosial lainnya agar dapat terus berbagi dan membantu masyarakat, terutama mereka yang terdampak secara ekonomi karena masa pandemi ini.

Oleh:
Medina Zahra Salsabila Ardiansyah
SMAI Al Azhar 7 Solo Baru